Kades Bragung Sebut Warganya Pengecut, Ediyanto: Tutur Bahasanya Bobrok Jika Tak Mampu Jadi Kades Lebih Baik Mundur

Kades Bragung Sebut Warganya Pengecut, Ediyanto: Tutur Bahasanya Bobrok Jika Tak Mampu Jadi Kades Lebih Baik Mundur

Sumenep | Demarkasi.co – Munculnya tanggapan tidak baik berupa redaksi “Pengecut” dari Kepala Desa (Kades) Bragung terhadap untaian kritik warganya perihal kerusakan Infrastruktur jalan yang menghubungkan dusun Lengkong Timur dengan dusun Banlapah Desa Bragung membuat Pemuda setempat geram dan angkat suara.

Ediyanto, selaku Pemuda setempat mengatakan, Tidak sepantasnya setingkat Kepala Desa mengeluarkan bahasa kurang baik dan anti kritik terhadap warganya, karena hal itu bersifat wajar

Tidak sepantasnya setingkat Kepala Desa tutur bahasanya bobrok demikian dengan mengatakan pengecut terhadap warganya, ini warganya loh bukan siapa, wajar lah kalau ada bentuk kritik yang disampaikan karena ini adalah suara rakyat kepada pimpinan,” Kata Ediyanto saat diwawancarai Media ini melalui sambungan telpon WhatsAppnya, Minggu, (22/5/2023).

Bisa jadi, lanjut dia, mencuatnya kritik tersebut disebabkan karena melihat keadaan Desanya sedang tidak baik-baik saja.

Karena pastinya ada sebab – akibat dari bentuk keresahan yang disampaikan, Siapa tau dengan adanya kritik itu dapat menyadarkan pimpinan Desa Bragung bahwa wilayahnya sedang tidak baik-baik saja seperti halnya Infrastruktur jalan yang sedang disorotinya, bukan hanya framing belaka,” Jelasnya.

Ditanya soal tidak ditampakkannya identitas, Mantan aktivis HMI Malang itu menegaskan bahwa hal itu bukan sebuah persoalan.

Soal tidak ditampakkannya identitas warganya itu bukan sebuah persoalan, dalam hal ini Kepala Desa cukup fokus pada aspirasinya berupa kerusakan jalan di dusunnya. Jangan kemudian mancak – mancak kepada muatan politik atau lainnya, karena hal ini murni suara rakyat yang berhak di dengar dan di perhatikan oleh pemimpinnya,” Imbuhnya.

Pemuda Progresif itu menambahkan kalau tidak sanggup menjadi Kepala Desa dan tidak bisa menerima kritik dari warganya lebih baik mundur dari jabatannya.

Ya, Kalau tidak sanggup menjadi Kepala Desa dan anti kritik dari warganya lebih baik mundur saja dari jabatannya, masak persoalan seperti ini saja responnya ngelantur kemana – mana seakan lupa bahwa posisi dirinya adalah sebagai Kepala Desa,” Pungkasnya.

Untuk diketahui dalam pemberitaan sebelumnya, Penuturan warga desa Bragung, Kecamatan Guluk-Guluk, perihal infrastruktur jalan di dua dusun yang nyaris tidak tersentuh pembangunan dari pemerintah desa (Pemdes) mulai direspon kepala desa (Kades) setempat.

Latifah, Kades Bragung kepada media ini menyampaikan, bahwa pihaknya memang sudah berencana akan melakukan perbaikan jalan yang menurut penuturan warga setempat sudah tidak layak menjadi sarana lalu lalang transportasi tersebut.

Sayangnya kata Latifah, adanya pemberitaan yang memuat komentar warganya soal Pemdes yang nihil progresivitas dan terindikasi tebang pilih dalam perbaikannya, membuat niat kades perempuan ini masih berfikir dua kali untuk melakukan perbaikan.

Sebenarnya saya mau perbaiki jalan itu, namun karena sudah ada pemberitaan seperti itu saya masih fikir-fikir untuk melakukannya,” kata Kades Bragung. Jum’at malam (19/5/2023).

Dirinya bahkan menyebut bahwa kegiatan pembangunan infrastruktur jalan untuk tahun ini dipusatkan di daerah Gunung. Pasalnya untuk dusun Lengkong Timur pada tahun sebelumnya telah mendapatkan dana ratusan juta rupiah.

Latifah juga mengklaim, jika pemdes telah didatangi pihak PPK Guluk-Guluk terkait pekerjaan desa Bragung.

Alhamdulillah PPK turun itu merasa puas dengan pekerjaan Bragung tapi saya sengaja tidak meliput di media karena saya memang tidak pamer,” imbuhnya.

Disinggung soal pernyataan masyarakat yang menyebut tidak adanya perbaikan jalan di dua dusun, yakni dusun Lengkong Timur dan dusun Banlapah. Dirinya menyampaikan jika masyarakat desa Bragung itu luas sehingga kegiatan perdusun di desanya harus menunggu giliran.

Di dusun Lengkong Timur Tahun kemarin, aspalnya masih ada dan masih bagus, yang penting saya tidak melanggar aturan dan hukum meskipun mau diberitakan apapun silahkan,” sambung Latifah.

Yang penting kata orang nomor Wahid di desa Bragung ini, jangan berbicara politik, sebab kata dia kalau berbicara politik dirinya merasa sakit hati karena yang menelan banyak bantuan itu adalah masyarakat Lengkong Timur.

Dirinya bahkan tidak terima jika kepemimpinannya sudah dikatakan menua, menurut Latifah, wajar kalau dirinya sudah menjabat selama 2 periode.

Nunggu giliran, habis di selatan ya di Utara terus begitu. Masih menjabat 3 tahun sudah dikatakan menua, seandainya sudah menjabat 2 periode itu kan wajar. Ayolah kasihani saya,” terangnya.

Tidak hanya hal tersebut tidak dicantumkannya identitas warga yang melakukan kritik terhadap desanya juga dikatakan pengecut. Padahal warga yang memberikan keterangannya pada sejumlah awak media enggan dipublis identitasnya di pemberitaan.

Kenapa harus desa Bragung terus yang ditulis Pas tidak mau disebutkan namanya itu kan pengecut, kalau saya ini dengan siapapun harus jelas, apa maunya kan begitu biar cepat selesai.” Pungkasnya.