Petani di Guluk-Guluk Kelimpungan, Ribuan Widik Tembakau Rajang Tergenang Air Hujan

Petani di Guluk-Guluk Kelimpungan, Ribuan Widik Tembakau Rajang Tergenang Air Hujan
Ribuan Widik Tembakau Tergenang Air Hujan di Kecamatan Guluk-Guluk

Sumenep, Demarkasi.co – Hujan deras yang melanda Kecamatan Guluk-Guluk terutama di Desa Pordapor dan Desa Payudan Dundang pada Rabu, 1 Oktober 2025 membuat petani kelimpungan.

Pasalnya ribuan widik tembakau rajang siap jemur terpaksa harus ditumpuk dan ditutup terpal plastik untuk menghindari air hujan yang turun dengan intensitas tinggi hingga mencapai 25 cm. Akibatnya ribuan widik tembakau milik petani di dua desa tersebut mayoritas tergenang air dan potensi menyebabkan kerusakan terutama pada kualitas.

Mashuri, salah satu pemilik tembakau rajang siap jemur asal Desa Pordapor mengaku sangat kelimpungan karena tembakau yang seharusnya kering ternyata masih hijau dan segar karena hujan turun di saat waktu menunjukkan pukul 09.30 WIB pagi hari.

Dirinya merasa khawatir tembakau miliknya tidak bisa kering sempurna, dikalimatkan Mashuri ketika hujan di musim jemur terjadi maka akan ada penurunan kualitas dan harga jual, karena menurutnya tembakau menjadi basah, warnanya berubah gelap, dan tidak kering sempurna.

Jika terus terjadi hujan pasti menyebabkan kerugian panen, karena tembakau bisa busuk dan layu,” ujar Mashuri pada media ini.

Ihwal ini, petani tetap berharap tembakau hasil panen mereka tetap terjual dan tidak mengalami kerugian, semua petani tembakau sangat menggantungkan harapan tembakaunya bisa dibeli mahal dan menutupi modal produksi.

Petani di Guluk-Guluk Kelimpungan, Ribuan Widik Tembakau Rajang Tergenang Air Hujan
Salah Satu Tempat Penjemuran Tembakau Rajang di Desa Payudan Dundang

Penting diketahui bahwa ribuan widik tembakau rajang siap jemur terdampak hujan ini tersebar di 8 titik tempat penjemuran yang berlokasi di dua desa yakni Desa Pordapor dan Desa Payudan Dundang, Kecamatan Guluk-Guluk.

Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo sejak awal mengimbau petani untuk memantau prakiraan cuaca dari BMKG untuk panduan dalam menentukan masa tanam yang tepat.

Selain itu penundaan masa tanam seringkali disebabkan oleh anomali cuaca, seperti musim kemarau basah (hujan di saat seharusnya kemarau) yang membuat lahan terlalu basah untuk ditanami.

Meski demikian, dirinya menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan kesejahteraan petani di tengah cuaca ekstrem dan fluktuasi harga pasar.

Kita akan tetap memperhatikan apa yang terjadi berkaitan dengan petani kita. Nanti kita coba lihat situasi lapangannya seperti apa,” ujar Fauzi di Sumenep, pada Senin (11/8/2025).

Menurutnya, perubahan cuaca yang tak menentu, dari panas terik ke hujan deras, berpengaruh besar terhadap kualitas daun tembakau.

Cuacanya nggak menentu. Tiba-tiba panas, lalu hujan. Ini sangat berpengaruh pada tembakau,” terangnya.

Politisi PDI Perjuangan itu juga mengungkapkan, Dinas Pertanian sejak awal sudah memberikan rekomendasi waktu tanam agar petani lebih berhati-hati menentukan musim tanam demi mengurangi risiko kerugian.

Kita selalu menyampaikan bahwa waktu tanam harus memperhatikan rekomendasi dari dinas. Karena kondisi ini tidak bisa ditebak,” terangnya.

Fauzi juga menegaskan, langkah konkret akan diambil setelah dirinya memantau langsung situasi lapangan. Ia akan mengidentifikasi tantangan yang dihadapi petani sekaligus memantau perkembangan harga jual tembakau.

Langkah kita akan disesuaikan dengan fakta di lapangan. Tapi yang pasti, kita tetap mengutamakan kesejahteraan petani,” tegasnya.

Ia juga mengungkapkan, tembakau merupakan komoditas andalan Sumenep yang menyerap banyak tenaga kerja sekaligus menjadi penopang utama ekonomi pedesaan.

Kita harus hadir untuk petani. Mereka pilar ekonomi daerah. Apapun tantangannya, kami akan perjuangkan agar petani tetap sejahtera,” tandas Ketua DPC PDI Perjuangan Sumenep itu.

Tinggalkan Balasan