Sumenep | Demarkasi.co – Oknum petugas Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) diduga melakukan pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) menggunakan jerigen, parahnya lagi hasilnya ditimbun di areal SPBU setempat yang berlokasi di Desa Pakamban laok, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Aksi ini terkuak ketika salah satu petugas SPBU bernomor 54.694.05 ini mengaku bahwa puluhan jerigen yang berisi BBM tersebut berserakan di areal SPBU setempat. Menurutnya puluhan jerigen tersebut isinya bervariasi mulai solar hingga berisi pertalite.
Pria yang ditengarai berprofesi sebagai petugas kebersihan di SPBU ini, sebut saja Ahmad, juga menyampaikan bahwa puluhan jerigen berisi solar dan pertalite tersebut milik warga desa Kapedi, kecamatan Bluto, Sumenep.
Ahmad mengaku praktik timbun BBM ini kerap kali dilakukan di SPBU desa Pakamban Laok.
“Habis Isyak, menggunakan mobil,” kata Ahmad saat ditanya soal BBM yang di simpan tersebut. Sabtu 15 Februari 2025.
Untuk memastikan hal tersebut, tim investigasi media ini melakukan konfirmasi pada Saiful Bahri pria yang mengaku sebagai operator SPBU bernomor 54.694.05 yang terletak di desa Pakamban Laok pada hari Kamis, 20 Februari 2025.
Saat di konfirmasi terkait mekanisme pembelian BBM bersubsidi baik solar ataupun pertalite. Saiful menyebut bahwa untuk pembelian Solar yang diduga telah menyalahi aturan dengan cara ditimbun tersebut sudah ada rekomendasi dari dinas kelautan yang ada di Kecamatan Pasongsongan.
“Itu kan yang nunjuk dari dinas, 405 pengambilannya di 405. Jadi ngambilnya disini tok, bukan untuk se kecamatan pragaan, SPBU nya aja yang ditunjuk. Asal ada rekomendasi dan ditunjuk ke 405” dalihnya pada media ini. Kamis, 20 Februari 2025 saat ditemui di kantornya.
Pria yang mangaku operator ini lanjut menjelaskan, bahwa yang melakukan pengisian solar bersubsidi menggunakan jerigen di SPBU ini menunjukkan rekom.
Padahal fakta di lapangan menunjukkan, dari hasil investigasi media ini di lokasi, petugas SPBU melakukan pengisian solar dan pertalite bersubsidi dengan langsung mengisi jerigen dan ditimbun tanpa mekanisme seperti apa yang disampaikan Saiful.
“Ada yang dari Prenduan, ada dari kapedih, jenis pertalite ada rekomendasi dari kepala desa. Tapi nominalnya sedikit, ada yang 15 liter ada yang 10 liter sesuai dengan kebutuhannya. Paling banyak 15 liter” Jelasnya.
Namun anehnya, Saiful Bahri ini juga mengaku bahwa jerigen besar yang biasa digunakan untuk mengisi BBM berjenis solar dan pertalite bisa berisi 30 hingga 35 liter.
“Kalau di kalkulasi misalnya 10 liter dikali 30 hari itu kan banyak 300 liter, berapa?, kali 30 hari lah, setiap ambil 10 liter itu dikali 30 hari,” dalihnya sedikit bingung.
“Karena kan gini mas, orang itu kan ngak ngambil 10 liter langsung ambil satu jerigen,” tambahnya.
Disoal praktik tersebut sesuai regulasi, operator pom bensin ini malah berdalih bahwa hal itu dijadikan satu, bukan setiap hari.
Pihaknya juga menyampaikan bahwa dalam pembelian Solar dan Pertalite bersubsidi satu orang hanya bisa membeli satu jerigen.
Anehnya, di lokasi SPBU menumpuk jerigen yang diangkut menggunakan satu mobil hingga bermuatan puluhan jerigen.
Puluhan jerigen yang diisi hingga 30 ke 35 liter per jerigen akan diambil oleh seseorang dari desa kapedi menggunakan pickup. Bahkan menurut menurut pengakuan Ahmad, pengisian tersebut lumrah dilakukan.