Sumenep | Demarkasi.co – Kedatangan Prof. Dr. H. Muhadjir Effendy, M.A.P, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Republik Indonesia (RI) ke kecamatan Guluk-Guluk pada Sabtu (2/7) kemarin, rupanya membawa angin segar bagi masyarakat peternak terdampak Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Sebab Menteri Muhadjir, disamping memberikan himbauan kepada masyarakat dan Dinas terkait agar membantu para peternak, Prof. Muhadjir juga membuka signal baik, pihaknya akan berupaya mencukupi ketersediaan obat-obatan yang saat ini masih dirasa minim di kabupaten Sumenep, khususnya di kecamatan Guluk-Guluk.
“Alhamdulilah masih belum ada korban tetapi ada sapi yang sudah masuk karantina untuk dilakukan isolasi karena sudah bergejala, dan tenaga paramedisnya sudah lengkap ini, ada dokter hewan dan tenaga perawat hewan, yang minim adalah obatnya nanti saya coba mintakan ke kementerian kesehatan supaya dicukupi,” kata Muhadjir Effendy, saat diwawancarai beberapa awak media di lokasi kunjungan.
Selain itu dirinya juga menghimbau kepada perguruan tinggi (PT) yang memiliki program studi sejenis, yaitu fakultas kedokteran dan fakultas peternakan, perikanan supaya mengerahkan dosen dan mahasiswanya agar membantu masyarakat. disebar ke seluruh pelosok terutama ke wilayah yang menjadi pusat konsentrasi penyakit PMK terutama di Jawa Timur ini.
“Dan saya sudah minta kepada pak Dirjend Ristek Dikti, prof. Nizam untuk mengalokasikan anggaran kampus merdeka untuk mereka yang akan melakukan pengabdian kepada masyarakat, langsung dalam program ini untuk dibantu dari dana yang tersedia di kemenristek Dikti untuk dana kampus merdeka,” ucap eks Mendikbud ini.
Disinggung sudah ada berapa sapi terjangkit PMK sesuai data yang masuk ke kementerian, dirinya belum melakukan pengecekan karena menurutnya ini domainnya di kementerian Pertanian, sementara yang ada dalam koordinasi Kemenko PMK itu adalah BNPB. karena ini juga termasuk terkategori bencana, bencana non alam.
“Tetapi untuk wilayah Sumenep saya bicara tadi dengan Bu Wabup masih tertangani dalam kondisi masih relatif aman belum sampai harus dinyatakan keadaan luar biasa walaupun di Jawa timur sudah ada beberapa kabupaten yang mendeclare sudah dalam keadaan KLB (Kondisi Luar Biasa),” sambung Muhadjir Effendy.
Menteri koordinator Bidang PMK RI ini terus menghimbau, kepada para pihak terutama Kapolres, Kapolsek, Kodim, Danramil kemudian juga camat, Kades dan Kasun di wilayah Kabupaten Sumenep, untuk selalu bahu-membahu menyelamatkan ternak secara bersama.
“Jadi terus nanti Kapolres, Kodim, Kapolsek, danramil, camat, kades dan Kasun, terus dari kementerian vertikal dari dinas pertanian, kesehatan untuk bahu-membahu menyelamatkan ternak yang ada di kabupaten Sumenep ini,” katanya.
Dirinya meminta untuk para peternak yang sapinya mati untuk di data, karena nanti pihaknya akan mengupayakan adanya bantuan kompensasi dari pemerintah. Dengan catatan kata Prof. Muhadjir, matinya karena terjangkit PMK dan bukan karena disembelih, dirinya meminta data yang akurat bukan data yang dibuat-buat.
“Pak menko ekonomi kemarin sudah menyampaikan akan memberikan kompensasi untuk ternak yang mati terutama bagi peternak kecil kemudian untuk vaksin peternak kecil akan dibantu oleh pemerintah dan ini sudah dilakukan. Nah untuk peternak besar baik peternak sapi perah maupun ternak sapi potong dianjurkan untuk mandiri vaksinnya tidak perlu selalu bergantung kepada pemerintah karena untuk meringankan beban pemerintah, terus juga untuk menunjukkan kegotong-royongan kita. Yang diutamakan adalah para peternak kecil yang memang membutuhkan uluran tangan dari pemerintah,” ungkap Prof. Muhadjir.
Terkahir kata dia untuk yang memiliki pinjaman bank untuk segera melapor karena ini nanti akan tangani pihaknya dari kebijakan relaksasi, artinya jangan sampai peternak kecil ini kemudian karena akibat terkena wabah ternaknya juga akan menambah angka kemiskinan dan itu yang harus dihindari.