Opini | Demarkasi.co – Kata Organisasi sudah tidak lagi asing di tengah-tengah kita, terlebih bagi kaum pelajar dan terdidik (Educated People), di lingkungan masyarakat Grassroots (Akar rumput) sekalipun yang tidak mengetahui tentang apa itu organisasi rasanya sudah nihil.
Orang-orang membentuk sebuah organiasi tentu dengan berbagai alasan, salah satunya karena mereka sadar bahwa dengan organiasi dapat menambah kemampuan melalui bekerja sama dengan orang lain.
Berbicara organisasi tidak lepas dari peran seorang pemimpin organisasi yang menjadi ujung tombak keberhasilan dan berjalannya lokomotif visi dan misi sebuah organisasi. Baik organisasi siswa, mahasiswa, masyarakat hingga organisasi pers.
Jika tidak ada pemimpin maka sudah dapat dipastikan akan sangat sulit mencapai visi atau tujuan organisasi sesuai tenggat waktu yang ditetapkan. Tidak adanya pemimpin, maka organisasi kesulitan memiliki strategi yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan catatan pemimpin yang dimaksud penulis adalah pemimpin yang kapabel, bertanggung jawab, memiliki integritas, cakap intelektualitas serta memilki leadership yang baik. Sebab tidak jarang kita jumpai sosok pemimpin yang nyaris tidak mengedepankan kepentingan bersama, justeru menghambakan kepentingan pribadi dan golongannya.
Misal, tanpa adanya perundingan atau musyawarah tiba-tiba muncul program dan agenda besar yang mewajibkan anggota organisasi tunduk patuh terhadapnya. Atau di lain hal misalnya, seorang pimpinan lebih memilih berbisik daripada musyawah mufakat dalam suatu forum bersama. Jelas cara-cara ini menunjukkan pimpinan yang lebih memprioritaskan kepentingan pribadi dan kelompoknya saja.
Dalam library.binus.ac.id berbicara organisasi harus memilki tiga unsur dasar. Pertama harus ada orang-orang yang berkumpul, yang kedua adanya kerjasama dan ketiga harus ada tujuan yang ingin dicapai. Itulah organiasi menurut library.binus.ac.id.
Menurut Chester I. Bernard seorang ahli bidang teori organisasi berpendapat bahwa organisasi merupakan sebuah sistem kegiatan kerja sama yang dilakukan oleh dua orang ataupun lebih untuk melaksanakan suatu aktivitas yang didalamnya memerlukan komunikasi dengan pencapaian tujuan bersama.
Bahkan, Bernard menekankan peranan pada setiap orang anggotanya yang harus diberikan informasi dan motivasi serta sebagian anggota lainnya yang harus membuat keputusan.
Selain itu, berbicara organisasi tentu tidak lepas dengan kepemimpinan atau yang dikenal dengan istilah Leadership. Leadership merupakan hal urgen dan penting dalam suatu organisasi sebab kepemimpinan merupakan salah satu kunci yang amat vital, keberhasilan organisasi dapat tercapai sesuai dengan visi dan misi serta cita-cita bersama.
Semua keputusan, pergerakan dan laju pembangunan membutuhkan leadership. Salah satu alasan pentingnya adalah leadership menjadi sebab dasar untuk membangun tim yang kuat dan solid.
Leadership alias Kepemimpinan ini akan menjadi tulang punggung pengembangan suatu organisasi, Sebab tanpa leadership yang baik akan sulit untuk mencapai tujuan organisasi. Terlebih apabila seseorang berusaha memengaruhi perilaku individu yang lain, tentu orang tersebut memerlukan praktik-praktik model kepemimpinan. Bukan dengan bisik-bisik dan keinginan segelintir anggota organisasi.
Bukan tanpa alasan kenapa seorang pimpinan organisasi harus memiliki leadership sebab ability atau kemampuan seorang pemimpin dalam memengaruhi pengikutnya merupakan faktor dominan yang menentukan keberhasilan suatu organisasi tertentu, kenapa itu penting?, Karena kepemimpinan memilki peran sebagai motivator, koordinator dan katalis yang akan membawa organisasi pada puncak keberhasilan.
Jiwa kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar peranannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat dan mengambil tanggung jawab atas hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin.
Mengingat pentingnya Pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi maka wajib hukumnya seorang pemimpin cakap leadership karena nantinya akan berakibat pada maju atau mundurnya suatu organisasi. Sebab, pengambilan keputusan yang tepat akan menghasilkan suatu perubahan terhadap organisasi ke arah yang lebih baik, namun sebaliknya pengambilan keputusan yang salah akan berdampak buruk pada roda organisasi dan administrasinya.
Salah satu cara agar pengambilan keputusan dapat sesuai dengan cita-cita bersama yakni dengan melakukan proses musyawarah atau perundingan. Proses itu nantinya akan memudahkan pemimpin organiasi dalam mengambil kebijakan, dapat membuat masalah lebih mudah diatasi. Ketika bersama-sama mengambil peran dan mengutarakan pendapat atas suatu masalah, akan membuat masalah dapat lebih dipetakan dan dipikirkan solusinya dengan lebih mudah.
Keputusan dalam sebuah organisasi disebut keputusan bersama. Keputusan tersebut menjadi locus semua pendapat yang muncul. Keputusan bersama haruslah mewakili kepentingan seluruh anggota organisasi. Dalam musyawarah tidak boleh ada yang menindas dan ditindas.
Pada garis besarnya seperti pernah ditulis dalam sebuah artikel yang dijumpai oleh penulis di internet (Lupa link) pengambilan keputusan dalam organisasi terdiri atas enam langkah, yakni : 1. Menetapkan sasaran 2. Menentukan persoalan 3. Mengembangkan alternatif 4. Mengevaluasi alternatif 5. Memilih satu alternatif 6. Melaksanakan keputusan.
Tujuan dari keputusan adalah untuk mencapai target atau aksi tertentu yang harus dilakukan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa keputusan adalah kegiatan memilih suatu strategi atau tindakan dengan memenuhi syarat, variabel, dan model yang ditentukan untuk memecahkan masalah.
Dalam keputusan yang diambil berdasarkan musyawarah itu ada beberapa nilai dasar yang didapat antara lain: 1. Kebersamaan 2. Persamaan hak 3. Kebebasan mengemukakan pendapat 4. Penghargaan terhadap pendapat orang lain 5. Pelaksanaan hasil keputusan secara tanggung jawab. Kebersamaan dan tujuan bersama merupakan asal-usul organisasi.
Selain itu, pengambilan keputusan bersama merupakan salah satu pengamalan Pancasila pada sila ke-4. Adapun, sila ke-4 berbunyi “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.”
Keputusan bersama adalah keputusan yang dibuat bersama-sama untuk kepentingan bersama dan dilaksanakan secara bersama-sama pula. Keputusan bersama bisa diambil dengan dua cara, yaitu dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat, dan pemungutan suara terbanyak.
Namun ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam bermusyawarah adalah 1. Marah saat bermusyawarah, 2. Tidak menghormati pemimpin rapat, 3. Berbicara sendiri saat bermusyawarah, dan 4. Tidak menanggapi usul teman.
Terakhir, karena penulis adalah seorang kuli tinta yang masih berproses dan terus belajar menulis, sedikit menyinggung perihal Organisasi Wartawan dimana organisasi ini mewadahi para insan pers dan perusahaan pers. Baca (Undang-Undang No.40 Tahun 1999 Tentang Pers, Pasal 1 ayat 5).
Secara konklusi bahwa organisasi pers merupakan wadah tempat berkumpulnya para wartawan yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik.
Organisasi Pers bisa pula diartikan sebagai wadah yang menghimpun orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik. Jadi, organisasi pers adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers merupakan alat kontrol sosial terhadap kebijakan pemerintah atau masyarakat dalam melaksanakan fungsi hak, kewajiban dan peranannya.
So, pemimpin organisasi pers ini harusnya lebih berhati-hati dalam memimpin dan mengelola locus orang-orang cakap kemampuan ini. Jangan sampai seorang pimpinan organisasi pers tidak memiliki pandangan optimistis, abai menjalankan keputusan bersama serta jauh dari frame visi dan misi organiasi.
Pimpinan organiasi pers harus senantiasa menjadi rujukan perkembangan karya jurnalistik anggotanya, menjaga independensi para pelaku media serta selalu menjadi jembatan dan kepanjangan tangan publik. Tentu dengan leadership yang baik dan kinerja yang bagus, salam.
Penulis: Holidi